Dengarkan Suara Hatimu Lima Menit Saja
Hati berperan penting dalam kehidupan manusia. Hati dalam konteks
ini bukan hati secara anatomis fisiologi yang sering kita kenal dengan kata
hepar. Dalam bahasa Yunani disebut sebagai hepatik yang diantaranya berfungsi
sebagai pusat penetralan racun yang masuk dalam tubuh dan tempat penyimpangan
glikogen hasil metabolisme.
Ketika manusia
bertindak dan berperilaku tanpa didasari oleh hati sebagai sentral kehidupannya
maka manusia tersebut akan memunculkan perilaku yang tidak diinginkan atau
dengan kata lain akan melahirkan Manusia Tanpa Perasaan. Manusia semacam
itu hatinya akan selalu dipenuhi dengan kekejian dan kedengkian, sebagai
tambahan manusia tersebut juga akan selalu berbuat dan berperilaku buruk. Setan
akan selalu berada di dekatnya dan menaungi diri orang tersebut.
Hati adalah titik
sentral penciptaan dan pengubah perilaku manusia. Dapat kita maknai dengan
logika bahwa ketika kita mencari rezeki dengan cara yang halal maka makanan
tersebut akan dicerna dan diolah oleh tubuh kemudian menjadi darah. Jika kita
mendapatkan makanan tersebut dengan cara yang halal maka akan baiklah seluruh
tubuh atau perilakunya.
Demikian pula sebaliknya, ketika kita meletakkan titik ketuhanan
atau god spot dalam otak kita, maka kita hanya memikirkan segala hal
yang terjadi dalam kehidupan kita secara logika. Logika berkaitan dengan
kemampuan akal yang akan membuat kita terus bertanya dan bertanya. Pertanyaan
tersebut terus-menerus muncul karena adanya ketidaksesuaian antara apa yang
kita rencanakan dengan hal yang terealisasi. Percayalah, jika kita terus
menerus bertanya mengapa begini mengapa begitu terhadap takdir dan ketetapan
Tuhan dan kita tidak menerima rencana-Nya, maka akan muncul konflik batin dalam
hati kita.
Ketidaksesuaian antara harapan dan kenyataan akan memunculkan
banyak pertentangan dan kesangsian manusia kepada Tuhannya. Seringkali muncul
pertanyaan ketika apa yang kita harapkan tidak terwujud, padahal kita telah
berusaha keras untuk mewujudkan hal tersebut. Misalnya, mengapa Tuhan
mendatangkan malapetaka dan marabahaya kepadaku?
Pertanyaan tersebut tidak dapat kita jawab sesuai dengan logika dan
kemampuan otak kita. Itu karena kemampuan otak kita terbatas dan kita salah
mempertanyakan pertanyaan tersebut. Tuhan secara maknawi hanya ada di dalam
hati kita dan jika hati kita cukup bersih, keberadaan dan kedekatan-Nya akan
kita rasakan dalam hati. Kedekatan antara diri kita dan Tuhan hanya kitalah
yang mengetahuinya.
Tuhan telah mengingatkan kita betapa hebatnya hati dalam memainkan
perilaku manusia dan pemikirannya. Maka ketika kita meletakkan titik ketuhanan
(god spot) dalam otak, kita tidak perlu heran jika segala sesuatunya
akan dipikirkan secara logika dan tidak dipikirkan menggunakan perasaan.
Perasaan hanya ada di hati. Otak dan fungsi fisiologis tubuh lainnya hanya
sebagai pendukung.
Sebagai bahan pertimbangan, mari kita bertanya kepada diri kita
sendiri dengan nurani tanpa menggunakan pikiran. Syaratnya, hanya perasaan di
dalam hati yang boleh berinteraksi. Setelah itu, barulah kita menjawab beberapa
pertanyaan berikut:
1. Pernahkah
pada suatu hari kita mempunyai suatu perasaan yang kita sendiri tidak bisa
menjawab atau menerjemakannya dalam bentuk pemikiran?
2. Pernahkah
kita merasakan ada sesuatu yang tidak enak di hati tetapi kita sendiri tidak
bisa menjawabnya?
3. Pernahkah
kita mencintai seseorang dan kita sendiri tidak menyangka akan mendapatkannya?
4. Pernahkan
kita mencintai anak-anak, suami, istri atau pacar menggunakan logika atau otak?
5. Bagaimana
jika semua dilakukan dengan menggunakan hati?
Itulah kehebatan hati sebagai titik sentral kehidupan kita.
Komentar
Posting Komentar